Senin, 27 Juli 2015

Limbah Bambu Pembawa Berkah

Joko Pratomo (43), perajin limbah akar bambu (bamboo root art) berkarakter abstrak seni kontemporer berbarengan karyanya di Galeri 76, Jalan Raya Kebonagung No 28, Pakisaji, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Berita Terkait

Kerajinan " Pis Bolong " Kamasan Bali Tembus Pasar Dunia
Wisatawan Perlu Oleh-oleh, Warga Seputar Borobudur Buka Sanggar Kerajinan
Cerita dalam Selembar Lukisan Kaca
Berburu Oleh-oleh Khas Pulau Dewata di Pesta Kesenian Bali
Cerita Rencong, Senjata Legendaris Kesultanan Aceh

0
LIMBAH memakai limbah untuk mencari rupiah. Begitulah Jumaro Joko Pratomo mengibaratkan usaha memberdayakan kawan-kawannya. Mereka yaitu bekas warga binaan yang dilibatkan juga sebagai tenaga pembuatan product kerajinan memiliki bahan limbah bonggol bambu.

Ada dua kata limbah dalam perumpamaan yang disebutkan Jumaro Joko Pratomo (43). Satu diantaranya yaitu limbah bonggol bambu yang memanglah melimpah di desa-desa. Bahan tersebut yang dipakai Joko untuk bikin product kerajinan berupa patung primitif, bebek, jerapah, topeng, vas bunga, asbak, kap lampu, sampai sketsel.

”Limbah” yang lain dalam perumpamaan Joko tadi yaitu sumber daya manusia atau beberapa pembuat kerajinan itu. Kenapa dimaksud ”limbah”? ”Karena mereka warga yang tersisihkan di orang-orang. Mencari surat tingkah laku baik saja sulit, terlebih melamar pekerjaan, ” kata pria kelahiran Karanganyar, Jawa Tengah, 1972, itu.

Mereka, yang disebut Joko itu, yaitu kawan-kawannya yang pernah jadi warga binaan di instansi pemasyarakatan. Joko berikan lapangan pekerjaan mereka juga sebagai tenaga pembuat kerajinan dari limbah bambu. ”Tujuan paling utama kami yaitu berupaya dengan modal seminim mungkin saja untuk berikan lapangan kerja pada anak-anak, ” kata Joko.

Modal minim itu yaitu bahan baku berbentuk limbah bambu yang merah serta melimpah. Joko pada th. 2000 membangun usaha kerajinan yang ia beri nama Galeri 76 Bamboo Art di Kebon Agung, Pakisaji, Malang, Jawa Timur. Pada saat awal pendirian sampai th. 2005, Joko dapat mempekerjakan 34 bekas warga binaan serta beberapa pemuda putus sekolah. Pada th. 2007, usahanya menyurut serta pernah vakum dikarenakan Joko berspekulasi untuk ikut serta dalam kesibukan politik. Saat ini ia berupaya bangkit kembali. Usahanya saat ini di dukung 8 tenaga inti plus seputar 30 tenaga musiman.

Joko memajang karyanya pada tiap-tiap peluang, mulai dari Inacraft hingga hajatan seni, termasuk juga pada Festival Dawai Nusantara di Malang pertengahan Juni lantas. Harga dari mulai Rp 50. 000 untuk product kerajinan berupa bebek, Rp 300. 000 untuk patung serigala, sampai Rp 1, 5 juta untuk patung primitif. Juli ini ia telah mulai mengekspor kerajinan berbentuk topeng serta patung primitif ke Kanada dan vas bunga serta jerapah ke Belanda.

Sesudah Lebaran yang akan datang, Galeri 76 telah memperoleh pesanan dari suatu toko kerajinan di Jimbaran, Bali. Pada awal mulanya, Joko sudah kirim ke beberapa toko kerajinan di Bali sejumlah tiga truk yang terbagi dalam topeng, patung kepala hewan, kap lampu, sampai kentongan. Seluruhnya berbahan bonggol bambu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar