Kamis, 30 Juli 2015

Wow, Sensasi Berenang Berbarengan Hiu Paus dari Kaltim

Selasa, 28 Juli 2015 | 10 : 50 WIB
KOMPAS. COM/GUSTI NARA Hiu Paus di Kalimantan Timur ini bahkan juga tak pernah geram walaupun senantiasa diikuti manusia.
Berita Terkait

Berenang berbarengan Hiu Paus? Simak Tips Berikut
Anak Hiu Jadi Daya Tarik Wisata di Taka Bonerate
Melancong ke Bangsring, dari " Snorkeling " hingga Berenang dengan Anak Hiu
Wisatawan Tertarik Berfoto berbarengan Ikan Hiu di Karimun Jawa
Panduan Aman Berfoto dengan Ikan Hiu di Karimun Jawa

0
TALISAYAN, KOMPAS. com - Sempatkah Anda memikirkan terasa berenang berbarengan hiu paus? Bila Anda tertarik menantang diri serta mau rasakan pengalaman berenang berbarengan hiu paus, Anda dapat berenang di perairan Talisayan, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur (Kalimantan timur).

Siapa juga bisa rasakan sensasi berenang serta berhubungan berbarengan hiu paus. Bila mujur, si hiu bahkan juga dengan ikhlas bergandeng mesra serta berenang berbarengan. Hiu paus memanglah di kenal juga sebagai ikan besar yg tidak galak. Dia juga bukanlah datang dari ras pemangsa. Hingga, bila waktu menyelam serta bersua dengannya, janganlah takut. Dia dengan ramah hampiri manusia serta menantang untuk berenang berbarengan.

Salah satu komune pejalan serta penyelam Samarinda, Kadagaul, memiliki kesempatan berenang serta berfoto berbarengan hiu paus di Talisayan. Di kedalaman air 5 mtr., ikan cantik bermotif tutul itu tengah asik bermain dibawah bagang. Saat beberapa kumpulan pejalan itu menyelam tanpa ada memakai scuba, hiu paus juga tertarik untuk berenang berbarengan.

“Kami memanglah datang ke Talisayan untuk bersua dengannya (hiu paus). Dengan mengkalkulasi bln. serta ajukan pertanyaan pada nelayan seputar, pada akhirnya kami dapat bersua dengannya. Sangatlah mempesona, dia yang datang hampiri kami, serta kami tak perlu repot-repot mengubernya. Dia sangatlah besar..., ” kata Suhendra, salah satu anggota komune Kadagaul.

KOMPAS. COM/GUSTI NARA Hiu paus di Talisayang, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur ini sangatlah ramah serta sukai di ajak selfie berbarengan.
Page :

Senin, 27 Juli 2015

Manisnya Jeruk Selorejo Malang

 Manisnya Jeruk Selorejo Malang
Selasa, 28 Juli 2015 | 11 : 43 WIB
KOMPAS/DAHLIA IRAWATI Pengunjung nikmati wisata petik jeruk di Desa Selorejo, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Minggu (26/7/2015). Kabupaten Malang mempunyai potensi perkebunan jeruk cukup bagus di banyak daerah, seperti Dau, Karangploso, Wajak, serta Poncokusumo.
Berita Terkait

Nikmati Hijaunya Agrowisata Kebun Teh Tambi Wonosobo
Tour Kebun Kopi yang Serba Jadul
Belitung Kembangkan Destinasi Berbasis Agrowisata
Agrowisata Salak Selekasnya Ada di Tanjung Lesung
5 Tempat Agrowisata Menarik di Taiwan

0
SENYUM Sulaiman (60), petani jeruk di Dusun Selokerto, Desa Selorejo Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, Jawa Timur, tidak henti-hentinya menegur siapapun yang menghampirinya pada Minggu (26/7/2015). Sembari duduk di depan kebun jeruknya, Sulaiman mempersilakan pengunjung untuk nikmati manisnya jeruk hasil budidaya.

Sulaiman layak tersenyum. Sekarang ini sejenis bln. madu untuk petani jeruk disana. Juni-Juli yaitu musim panen pengunjung untuk berwisata petik apel. Karena, itu yaitu saat libur sekolah serta sekarang ini sekalian libur Lebaran.

Musim panen jeruk di Selorejo Dau yaitu Juni-Desember. Setelah itu, buah jeruk terus produksi, namun dalam jumlah terbatas. Sepanjang September-Desember, harga buah jeruk bakal turun mencolok.

Sulaiman bercerita, dalam satu hari minimum ada 20 orang datang menuai jeruk di kebunnya. Terkecuali dari Malang, beberapa pengunjung juga datang dari kota lain.

Biaya masuk berwisata petik apel di kebun Sulaiman Rp 20. 000 per orang dengan sarana bisa makan jeruk sepuasnya. Pengunjung di beri pisau, tempat sampah, serta tas plastik bila mereka mau membawa pulang buah jeruk. Tarif membawa jeruk yaitu Rp 7000 per kg (kg). Harga Rp 7000 per kg telah cukup tinggi. Karena bila dibeli oleh ”juragan” atau pengepul, jeruk rata-rata di jual Rp 5. 000 per kg.

Lumrah bila waktu itu, senyum Sulaiman selalu mengembang. Ia tengah nikmati masa-masa harga jeruk cukup baik. Kelak mendekati akhir th., harga komoditas ini akan turun mencolok sampai Rp 3. 000 per kg di tingkat petani.

Untung

Sulaiman mempunyai 10 hektar kebun jeruk. Sekali panen, dapat memperoleh hasil seputar Rp 100 juta. ”Dengan wisata petik jeruk seperti ini, petani diuntungkan lantaran kurangi biaya pengeluaran untuk petik. Makin banyak pengunjung datang menuai jeruk, semakin sedikit cost kami mengeluarkan pada musim panen ini, ” tutur Sulaiman.

Tidak cuma Sulaiman yang terasa mujur karenanya ada wisata petik buah ini. Pengunjung juga suka lantaran dapat rasakan sensasi menuai jeruk segera dari kebun.

”Wisata ditempat wisata lain pasti panas, macet, serta mahal. Disini tempatnya sejuk serta tak ramai. Anak-anak juga suka lantaran ada unsur pendidikan masalah pertanian, ” kata Prasetyo, asal Malang.

Siapapun pasti suka lihat hamparan kebun jeruk selama jalan di Desa Selorejo sekarang ini. Mereka dapat lihat Gunung Kawi tinggi menjulang serta hijau. Di kiri-kanan, lihat hamparan kebun jeruk dengan buah lebat yang menguning.

Limbah Bambu Pembawa Berkah

Joko Pratomo (43), perajin limbah akar bambu (bamboo root art) berkarakter abstrak seni kontemporer berbarengan karyanya di Galeri 76, Jalan Raya Kebonagung No 28, Pakisaji, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Berita Terkait

Kerajinan " Pis Bolong " Kamasan Bali Tembus Pasar Dunia
Wisatawan Perlu Oleh-oleh, Warga Seputar Borobudur Buka Sanggar Kerajinan
Cerita dalam Selembar Lukisan Kaca
Berburu Oleh-oleh Khas Pulau Dewata di Pesta Kesenian Bali
Cerita Rencong, Senjata Legendaris Kesultanan Aceh

0
LIMBAH memakai limbah untuk mencari rupiah. Begitulah Jumaro Joko Pratomo mengibaratkan usaha memberdayakan kawan-kawannya. Mereka yaitu bekas warga binaan yang dilibatkan juga sebagai tenaga pembuatan product kerajinan memiliki bahan limbah bonggol bambu.

Ada dua kata limbah dalam perumpamaan yang disebutkan Jumaro Joko Pratomo (43). Satu diantaranya yaitu limbah bonggol bambu yang memanglah melimpah di desa-desa. Bahan tersebut yang dipakai Joko untuk bikin product kerajinan berupa patung primitif, bebek, jerapah, topeng, vas bunga, asbak, kap lampu, sampai sketsel.

”Limbah” yang lain dalam perumpamaan Joko tadi yaitu sumber daya manusia atau beberapa pembuat kerajinan itu. Kenapa dimaksud ”limbah”? ”Karena mereka warga yang tersisihkan di orang-orang. Mencari surat tingkah laku baik saja sulit, terlebih melamar pekerjaan, ” kata pria kelahiran Karanganyar, Jawa Tengah, 1972, itu.

Mereka, yang disebut Joko itu, yaitu kawan-kawannya yang pernah jadi warga binaan di instansi pemasyarakatan. Joko berikan lapangan pekerjaan mereka juga sebagai tenaga pembuat kerajinan dari limbah bambu. ”Tujuan paling utama kami yaitu berupaya dengan modal seminim mungkin saja untuk berikan lapangan kerja pada anak-anak, ” kata Joko.

Modal minim itu yaitu bahan baku berbentuk limbah bambu yang merah serta melimpah. Joko pada th. 2000 membangun usaha kerajinan yang ia beri nama Galeri 76 Bamboo Art di Kebon Agung, Pakisaji, Malang, Jawa Timur. Pada saat awal pendirian sampai th. 2005, Joko dapat mempekerjakan 34 bekas warga binaan serta beberapa pemuda putus sekolah. Pada th. 2007, usahanya menyurut serta pernah vakum dikarenakan Joko berspekulasi untuk ikut serta dalam kesibukan politik. Saat ini ia berupaya bangkit kembali. Usahanya saat ini di dukung 8 tenaga inti plus seputar 30 tenaga musiman.

Joko memajang karyanya pada tiap-tiap peluang, mulai dari Inacraft hingga hajatan seni, termasuk juga pada Festival Dawai Nusantara di Malang pertengahan Juni lantas. Harga dari mulai Rp 50. 000 untuk product kerajinan berupa bebek, Rp 300. 000 untuk patung serigala, sampai Rp 1, 5 juta untuk patung primitif. Juli ini ia telah mulai mengekspor kerajinan berbentuk topeng serta patung primitif ke Kanada dan vas bunga serta jerapah ke Belanda.

Sesudah Lebaran yang akan datang, Galeri 76 telah memperoleh pesanan dari suatu toko kerajinan di Jimbaran, Bali. Pada awal mulanya, Joko sudah kirim ke beberapa toko kerajinan di Bali sejumlah tiga truk yang terbagi dalam topeng, patung kepala hewan, kap lampu, sampai kentongan. Seluruhnya berbahan bonggol bambu.